Renungan Agustus 2023

JADI MURID KRISTUS YANG RELA DIGEMBALAKAN

Dalam bulan Agustus 2023 ini, kita masih tetap memfokuskan diri tentang bagaimana kita dapat membangun jati diri sebagai murid Kristus yang sejati, yaitu melalui pemuridan dan penggembalaan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam renungan bulan lalu kita sudah merenungkan tentang bagaimana kita jadi murid Kristus yang dewasa, yaitu jadi murid Kristus yang berani sampai mati dalam mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Salah satu hal yang penting lagi dalam panggilan kita sebagai murid Kristus di akhir zaman ini adalah bagaimana kita dapat jadi murid Kristus yang rela digembalakan. Dari sisi penggembala, surat 1 Petrus 5:2 mengatakan, bahwa para penggembala kawanan domba Allah tidak boleh menggembalakan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah dan juga tidak boleh karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Dan hal ini harus tetap dipegang demi kepentingan dan pemeliharaan setiap gereja Tuhan yang diberi kepercayaan untuk menggembalakan domba-domba Tuhan. Namun di akhir zaman ini banyak penggembalaan seperti digambarkan dalam kitab Yehezkiel (Yeh. 34:1-31), bahwa banyak gembala yang tidak menggembalakan domba-domba Allah tetapi menggembalakan dirinya sendiri, sehingga domba yang lemah tidak dikuatkan, yang sakit tidak diobati, yang luka tidak dibalut, yang tersesat tidak dibawa pulang, yang hilang tidak dicari, melainkan malah diinjak-injak dengan kekerasan dan kekejaman, artinya banyak gembala yang menggembalakan kawanan domba Allah tidak seperti apa yang ditulis dalam 1 Petrus 5:2 tadi. Karenanya banyak domba-domba Allah yang terserak.
Di lain pihak ketika pemuridan dan penggembalaan sudah dilaksanakan sesuai dengan kehendak Tuhan, di akhir zaman ini masih banyak domba-domba Kristus yang tidak siap dan tidak rela untuk digembalakan, sehingga mereka tidak terhindar dari bahaya kekeringan dan kehancuran rohani. Tanpa kerelaan hati sulit bagi orang percaya untuk dapat bertumbuh menjadi saksi-Nya yang hidup dan efektif di dunia yang penuh dengan segala tantangan dan belenggu dosa. Dinamika rohani orang percaya tidak dapat dipisahkan dari kemerdekaan rohani yang dialaminya. Kemerdekaan yang sesungguhnya yang datang melalui Kristus (Galatia 5:1), pertama-tama dan terutama merupakan pembebasan dari hukuman dan perbudakan dosa dan seluruh kuasa iblis. Pembebasan (kemerdekaan rohani) itu terjadi karena mereka siap dimuridkan dan juga rela digembalakan seperti apa yang dikehendaki Tuhan.
Berbicara tentang kemerdekaan, maka pada dasarnya ada dua macam kemerdekaan, yaitu kemerdekaan secara politik dan kemerdekaan yang sesungguhnya (kemerdekaan dari dosa). Kemerdekaan secara politik adalah kemerdekaan yang hanya bersifat sementara dan tanpa jaminan, sedangkan kemerdekaan yang sesungguhnya merupakan kemerdekaan yang bersifat kekal dan terjamin yang dihasilkan melalui pemuridan dan penggembalaan yang alkitabiah. Sebagai contoh, pada tanggal 17 Agustus 2023 ini bangsa kita Indonesia oleh anugerah-Nya akan memperingati hari kemerdekaannya yang ke-78 tahun. Walaupun bangsa Indonesia telah dinyatakan sebagai suatu negara yang merdeka sejak tahun 1945, namun hal itu tidak menjamin bahwa seluruh bangsa Indonesia sudah sungguh-sungguh merdeka secara internal dari berbagai belenggu persoalan bangsa. Masalah kemiskinan, narkoba, korupsi, pertikaian-pertikaian dan aksi-aksi kekerasan yang sering menjurus kepada persoalan SARA (Suku, Agama, Ras & Antar Golongan) merupakan bukti nyata yang menunjukkan, bahwa belum seluruh bangsa Indonesia yang memiliki kemerdekaan yang sesungguhnya. Kemerdekaan yang sesungguhnya hanya dapat terjadi ketika seseorang bersedia dimuridkan dan digembalakan sesuai dengan rencana dan kehendak Tuhan. Karena itu, biarlah setiap murid Kristus bisa jadi dewasa dan rela digembalakan sesuai dengan pimpinan Tuhan. Tuhan Yesus memberkati! Amin!


Download Renungan (Pdf) .....