supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita (Lukas 1:74-75)
Imam Zakharia, ayah dari Yohanes Pembaptis, dalam nubuatannya mengatakan dalam Lukas 1:68-69 bahwa tujuan kedatangan Tuhan adalah untuk membawa keselamatan bagi umat-Nya di dalam keturunan Daud. Kemudian dalam ayat 70 dia mengatakan bahwa ia mendapat kebenaran ini dari Firman-Nya yang disampaikan oleh nabi-nabi-Nya yang kudus kepada nenek moyang bangsa Israel, tetapi baru terpenuhi beberapa saat setelah Yohanes Pembaptis lahir. Kemudian dalam ayat 71, ia mengatakan sekali lagi bahwa tujuan dari janji-janji itu adalah untuk melepaskan umat-Nya dari musuh-musuh mereka dan semua pembencinya. Dan dalam Lukas 1:72-73, ia menyatakan bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya seperti yang sudah dijanjikan-Nya kepada nenek moyang bangsa Israel. Tuhan menganugerahkan karunia-Nya supaya bangsa Israel terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada Tuhan tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup mereka (Lukas 1:74-75). Zakharia yang bertugas sebagai imam pada masa itu menyatakan penggenapan janji itu di dalam Kristus. Yesus Kristus sudah datang ke dalam dunia untuk membawa keselamatan bagi segala bangsa. Ia memenuhi peranan-Nya sebagai pengantara, atau sebagai imam. Tugas seorang imam adalah menjadi pengantara. Demikian juga kita sebagai murid-murid-Nya, kita dijadikan imamat yang rajani dan bangsa yang kudus agar kita dapat memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia (1 Petrus 2:9). Tentu saja, kita tidak pernah bisa menyamai Tuhan untuk menjadi pengantara dan imam seperti apa yang Dia telah lakukan. Hanya Dia satu-satunya Imam Besar yang sudah mati untuk dosa seisi dunia dan membuka jalan kembali hubungan antara Allah dan manusia serta dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita (Ibrani 4:14-15). Kita yang telah dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib, kitapun dapat dipergunakan sebagai batu hidup, bagi suatu imamat kudus, untuk pembangunan suatu rumah rohani, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah (1 Petrus 2:5). Tuhan memanggil Anda dan saya di masa sekarang ini untuk melakukan tugas keimaman (bukan jabatan, tetapi panggilan dalam hidup), yaitu mempersembahkan persembahan rohani, yaitu membawa doa, pujian dan penyembahan di dalam generasi ini. Paulus menasihatkan kita sebagai jemaat Tuhan, agar kita menaikkan permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar (untuk para pemimpin bangsa dan negara), agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan (I Timotius 2:1-2). Dengan kata lain, kita sebagai imamat-Nya yang rajani, bangsa yang kudus, harus pergi menghadap Allah dengan hati yang kudus yang sama seperti Zakharia, yaitu untuk menaikkan doa syafaat untuk semua orang. Bukankah ini merupakan hak istimewa yang mengagumkan dan suatu tanggung jawab yang luar biasa. Karena itu marilah kita menangkap visi dan misi Kerajaan Allah. Pertanyaannya sekarang, sebagai suatu jemaat Tuhan yang telah dipanggil dan dipilih untuk menjadi suatu imamat yang kudus, apakah Anda telah mempersembahkan persembahan rohani, antara lain yaitu dengan berdoa secara pribadi dan berdoa secara bersama-sama (dalam keluarga & dalam kehidupan berjemaat) untuk keselamatan mereka yang terhilang dan giat menceritakan kemuliaan-Nya serta perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala bangsa? Biarlah kita dapat dipakai sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus yang dapat memuliakan nama-Nya. Amin!
Oleh Pastor Silwanus Obadja M.Th.